Tanaman yang banyak tumbuh di daerah tropis ini merupakan herbal tegak atau semak, tajuk membulat, bercabang banyak, sangat harum dengan tinggi 0,3 – 1,5 m. Batang pokoknya tidak jelas, berwarna hijau sering keunguan dan berambut atau tidak. Daun tunggal, berhadapan, dan tersusun dari bawah ke atas. Panjang tungkai daun 0,25 – 3 cm dengan setiap helaian daun berbentuk bulat telur sampai elips, memanjang dan ujungnya runcing atau tumpul. Pangkal daun pasak sampai membulat, dikedua permukaan berambut halus, tepi daun bergerigi lemah, bergelombang atau rata .
Bunga kemangi tersusun pada tangkai bunga berbentuk menegak. Bunganya jenis hemafrodit, berwarna putih dan berbau sedikit wangi. Bunganya majemuk berkarang dan diketiak daun ujung terdapat daun pelindung berbentuk bibir, sisi luar berambut kelenjer, berwarna ungu atau hijau, dan ikut menyusun buah, mahkota bunga berwarna putih dengan benang sari tersisip didasar mahkota dan kepala putik bercabang dua namum tidak sama.
Di Indonesia kemangi banyak terdapat di daerah Jawa dan Madura. Banyak ditemukan di sekitar pinggiran ladang, sawah kering, juga ditanam di taman dan di pinggir jalan, hutan terbuka, padang rumput, tumbuh liar di jalanan dan kadang-kadang juga dibudidayakan. Tanaman ini dapat tumbuh pada dataran rendah hingga ketinggian 1100 meter diatas permukaan air laut. Ocimum sanctum L biasanya tumbuh antara pertengahan Februari sampai akhir September dan berbunga sekitar bulan April.
Kandungan kimia daun kemangi
Secara keseluruhan tanaman kemangi mengandung minyak atsiri yang banyak memiliki aktivitas antibakteri. Disamping itu juga mengandung flafon apigenin, luteolin, flavon O-glukotisidaapigenin 7-O glukoronida, luteolin 7-O glukoronida, flavon C-glukosida orientin, molludistin dan asam ursolat. Sedangkan pada daun kemangi sendiri, penelitian fitokomia telah membuktikan adanya flafonoid, glikosid, asam gallic dan asternya, asam kaffeic, dan minyak atsiri yang mengandung eugenol sebagai komponen utama. Minyak atsiri dalam daun kemangi (Ocimum sanctum L) mengandung aldehid, alkaloid, asam askorbat, beta carotene, carvacrol, cineole, eugenol, eugenol-metil-eter, glikosida, linalol, metil chavicol, limatrol, caryofilin, asam ursolat, n-triacontanol dan fenol. Kandungan pada biji kemangi ungu antara lain beta-sitosterol, lemak, asam linoleat, asam oleat, asam palmitat, pentose dan protein. Kandungan kimia dari daun kemangi yang bersifat larvasida adalah eugenol dan metil chavicol Eugenol merupakan anggota dari kelas alibenzena. Warnanya kuning jernih sampai kuning pucat. Bentuknya cairan berminyak yang diekstraksi dari tanaman tertentu, salah satunya dari Ocimum sanctum L. Sifatnya sedikit larut dalam air namun mudah larut dalam pelarut organik. Aromanya menyegarkan dan pedas sehingga sering menjadi komponen untuk menyegarkan mulut. Senyawa ini dipakai dalam industri parfum, penyedap, minyak atsiri, obat pencuci hama dan pembius lokal. Dalam industri, eugenol digunakan dalam memproduksi isoeugenol yang dipakai untuk membuat vanillin. Metil eugenol juga digunakan sebagai atraktan. Lalat buah jantan terpikat oleh metil eugenol karena senyawa ini mirip feromon seks yang dikeluarkan oleh betina. Feromon merupakan bahan yang diekskresikan oleh organisme dan berguna untuk berkomunikasi secara kimia dengan sesamanya dalam spesies yang sama. Berdasarkan fungsinya formon seks termasuk dalam jenis feromon releaser yang memberikan pengaruh langsung terhadap sistem syaraf pusat individu penerima untuk menghasilkan respon tingkah laku dengan segera.
Metil chavicol atau estragol terbentuk dari cincin benzena yang bergabung dengan ikatan metoksi dan propenil. Metil chavicol biasanya digunakan dalam parfum dan zat perasa tambahan pada makanan, metil chavicol yang terkandung dalam Ocimum sanctum L bersifat larvasida.
Saponin merupakan senyawa metabolit sekunder yang dihasilkan beberapa spesies tanaman, terutama tanaman dikotil dan berperan sebagai bagian dari sistem pertahanan tanaman. Saponin merupakan senyawa glikosida kompleks dengan berat molekul tinggi. Ternyata saponin tanpa dicampur dengan apapun dapat berfungsi sebagai insektisida. Cara kerja saponin dalam meracuni serangga belum sepenuhnya diketahui dengan jelas. Pengaruh saponin terlihat pada gangguan fisik pada tubuh luar serangga (kutikula), yakni mencuci lapisan lilin yang melindungi tubuh serangga dan menyebabkan kematian, karena serangga akan kehilangan banyak cairan tubuh. Beberapa kasus menunjukkan bahwa saponin dapat masuk melalui organ pernafasan dan menyebabkan kerusakan membran sel atau mengganggu proses metabolism.
Kemangi (Ocimum sanctum L) mempunyai banyak khasiat, antara lain adalah :
1) Sebagai obat
Kemangi berfungsi untuk menambah nafsu makan, membantu pencernaan, menyehatkan jantung, menurunkan panas, menghilangkan sesak napas, mengobati diare (Hasanah Ustavian, 2010). Menurut beberapa penelitian juga telah membuktikan bahwa kemangi mempunyai efek sebagai asetaminofen akut berupa nekrosis hati yang fatal. Nekrosis tubulus ginjal dan koma hipoglikemik mungkin juga terjadi. Tetapi yang paling sering terjadi antara lain mual, muntah dan anoreksia.
2) Fungisida, bakterisida, nematisida dan repellen
Minyak atsiri daun kemangi (Ocimum sanctum L) mempunyai aktivitas antibakteri terhadap S. Aureus dan E. Coli sehingga berfungsi sebagai antibiotika. Efek fugisidanya untuk mengendalikan Pyricularia oryzae yang merupakan penyebab penyakit bercak dan busuk daun yang menyerang tanaman padi. Kandungan eugenolnya mampu menekan pertumbuhan nematoda . Selain itu kemangi telah terbukti efektif digunakan sebagai repellen.
3) Penghasil minyak atsiri
Minyak atsiri kemangi berbau harum yang dikenal dengan nama basil oil, minyak ini digunakan sebagai bahan pembuatan parfum, shampo dan aroma terapi (Hasanah Ustavian, 2010).
4) Sayuran dan minuman penyegar
Daun kemangi digunakan sebagai sayuran atau lalapan untuk menambah nafsu makan (appetizer). Selain daunnya, biji kemangi juga sering dimanfaatkan sebagai bahan minuman penyegar. Biji kemangi dapat menurunkan kolesterol, penambah daya ingat dan tonik
Dikutip dari:
http://repository.poltekkes-denpasar.ac.id/137/4/BAB%20II.pdf.